PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Licopersicum esculentum mill)

I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang termasuk dalam kategori sayuran buah. Tomat di gunakan untuk keperluan rumah tangga dan juga industri seperti pembuatan saos tomat.
            Untuk meningkatkan produksi tomat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan perbaikan system budidaya yaitu penggunaan mulsa. Mulsa yang digunakan dapat berupa mulsa lastik  ataupun mulsa organik. Mulsa organik yang biasa di gunakan bisa berupa ampas tebu,sekam, jerami ataupun enceng gondok, tergantung ketersediaan mulsa di tempat itu.
            Selain penggunaan mulsa, dosis pupuk yang digunakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Pupuk yang dibutuhkan oleh tomat adalah dari unsure nitrogen, phospor dan kalsium.

1.2  Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa organik dan dosis dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

1.3.Manfaat :
            Agar mahasiswa mengetahui pengaruh jenis mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.


\=====================================================================\\=\=\= 

II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi Tanaman

Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio     : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas       : Dicotyledoneae
Ordo        : Tubiflorae
Famili      : Solanaceae
Genus      : Lycopersicum
Spesies     : Solanum licopersicum Mill. (Redaksi Agromedia, 2007).
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan (Redaksi Agromedia, 2007).
Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat dibiarkan melata dan cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Wiryanta, 2004).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Redaksi Agromedia, 2007).



2.2  Syarat tumbuh
a.      Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak berarti tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau, tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya (Rismunandar, 2001).
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 -280C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu, jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis gulma (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai. Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Wiryanta, 2004).
b.      Tanah
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol, latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang rentan tehadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa meningkatkan produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).


 =-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

III.             METODE PRAKTIKUM

3.1  Tempat dan Waktu Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan fakultas pertanian  universitas syiah kuala pada bulan september s/d desember 2014.

3.2  Bahan dan Alat percobaaan
1.        Bahan : benih tomat timoti f1, Tanah top soil, Pupuk kandang, Ampas tebu,  Sekam, Jerami, Minibag, NPK yaramila 16-16-16, Gandasil B.
2.      Alat : Cangkul, Garu, Gembor, Timbangan Analitik, Metertan, Jangka sorong, Hand sprayer, Sprayer gendong.

3.3  Cara Kerja
1.      Mahasiswa di bagi menjadi 27 kelompok dan masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap plotnya masing-masing ( 1 kelompok 1 plot)
2.      Buat media pembibitan dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dan masukkan dalam minibag
3.      Rendam benih dalam air hangat 550C selama 30 menit untuk mempercepat perkecambahan, kemudian di letakkan pada kain basah di biarkan selama 1 malam sampai keluar plumulanya.
4.      Semailah pada minibag yang sudah dipersiapkan, dan biarkan selama 21 – 24 hari, jangan lupa di rawat. Pada umur 10 hari setelah semai semprotlah dengan gandasil B dengan dosis 0,5 g/liter air.
5.      Sambil menunggu pembibitan siap tanam, buatlah bedengan dengan ukuran 2.4 m x 2.4 m, tinggi 50 cm, beri pupuk kandang sebanyak 2 ember per bedengan, aduk rata dengan tanah, dan biarkan selama 1 minggu.

6.      Buat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm kemudian beri mulsa sesuai perlakuan.
Perlakuan Jenis Mulsa :
M1 = Ampas  jerami
M2 = Sekam
M3 = Jerami
7.      Pilihlah bibit tomat yang baik pertumbuhannya dari persemaian dan tanamlah ke bedengan secara hati-hati, berilah pupuk NPK sesuai perlakuan dan rawatlah tanaman tersebut sampai akhir praktikum
Perlakuan dosis pupuk :
P1 = 30 g NPK/tanaman
P2 = 40 g NPK/tanaman
P3 = 50 g NPK/tanaman
8.      Kombinasi perlakuan di buat 3 ulangan sehingga terdapat 3 x 3 x 3 = 27 beengan, setiap bedengan di wakili oleh 4 tanaman sampel dan data dikumpulkan setap habis pengamatan.
9.      Pemupukan ke 2 di lakukan pada saat tanaman berumur 35 hari dengan dosis yang sama.
10.   Penyiraman di lakukan setiap hari kecuali hari hujan dan air cukup.
11.   Penyulaman di lakukan paling telat 2 minggu  setelah tanam pada tanaman yang mati atau kuarang bagus pertumbuhannya.
12.   Perempelan terhadap tunas air dilakukan sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam.
13.  Panen dilakukan pada buah tomat yang sudah merah.

3.4  Pengamatan
a.       Pra panen
1.      Tinggi tanaman umur 15, 30  dan 45 HST
2.      Diameter batang umur 15 , 30 dan 45 HST
3.      Jumlah cabang umur 30 dan 60 HST

b.      Panen
1.      Jumlah buah /tanaman
2.      Berat buah/tanaman
3.      Berat buah/pot
4.      Berat /buah tomat (min. 3 buah)
5.      Diameter buah (min. 3 buah)


 =-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------=

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Tabel 1 Tinggi Tanaman Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
25
18
28
29
21
19
18
19
15,2
10,5
9
10
221,7
18,48
M1P2
21
19
17
20
28
24
23
20
25
25
22,5
17,6
262,1
21,84
M1P3
14
10
11
14
23
16
19
20
24
19
20
23
213
17,75
M2P1
22,5
15
14
16
13,5
13
11,5
18
11
11
14
11
170,5
14,21
M2P2
13
12
9
21
16,1
16
16
16
22
19
20
19
199,1
16,59
M2P3
10
19
13
12
16
15
19
15
20
17
11
13
180
15,00
M3P1
26
24
25,5
27
15
17
15
14
27
16
21
18
245,5
20,46
M3P2
20
18
20
14
35
36
42
32
23
27
28
25
320
26,67
M3P3
28
27
25,5
25
17
13
25
15
20
21
27
23
266,5
22,21

Tabel 2 Diameter Batang Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,4
3,6
0,30
M1P2
0,1
0,2
0,2
0,3
0,2
0,2
0,3
0,1
0,2
0,2
0,1
0,1
2,2
0,18
M1P3
0,1
0,1
0,1
0,1
1
0,2
0,2
0,2
0,2
0,3
0,2
0,1
2,8
0,23
M2P1
0,2
0,2
0,1
0,1
0,3
0,2
0,1
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
2,7
0,23
M2P2
0,3
0,2
0,2
0,2
0,3
0,1
0,1
0,1
0,3
0,3
0,3
0,2
2,6
0,22
M2P3
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
0,3
0,1
0,2
1,7
0,14
M3P1
0,3
0,2
0,2
0,4
0,2
0,3
0,2
0,1
0,4
0,3
0,3
0,3
3,2
0,27
M3P2
0,5
0,4
0,5
0,4
0,9
0,8
0,8
0,8
0,2
0,3
0,2
0,2
15
1,25
M3P3
0,2
0,2
0,4
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
1
0,2
2,8
0,23

Tabel 3 Tinggi Tanaman Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
40
27
47
41
58
56
49
50
40
34
29
39
510
42,50
M1P2
43
40
39
47
80
80
75
75
70
55
60
58
722
60,17
M1P3
55
40
66
30
40
43
35
40
56
44
66
47
562
46,83
M2P1
26
20
20
20,5
50
48
45
53
36
22
22
30
392,5
32,71
M2P2
21
18
16
19
54
46
40
55
51
56
49
41
466
38,83
M2P3
40
50
44
43
48
35
45
45
60
50
40
50
550
45,83
M3P1
54
52
52,5
51
35
50
51
40
64
56
60
55
620,5
51,71
M3P2
46
40
43
35
40
49
47
47
48
47
45
56
543
45,25
M3P3
57
58
57
51
47
38
51
45
50
58
57
51
620
51,67

Tabel 4 Diameter Batang Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)

Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
0,5
0,5
0,6
0,8
0,5
0,4
0,4
0,3
0,7
0,3
0,8
0,8
6,6
0,55
M1P2
0,9
0,7
0,7
0,8
1,2
1
1
0,7
0,6
0,5
0,7
0,4
9,2
0,77
M1P3
0,2
0,2
0,4
0,1
1
1,2
0,9
0,8
0,9
1
0,8
0,7
8,2
0,68
M2P1
0,5
0,6
0,4
0,5
0,5
0,6
0,6
0,7
0,7
0,4
0,4
0,4
6,3
0,53
M2P2
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,5
0,7
0,5
0,6
0,5
0,6
0,5
7,9
0,66
M2P3
0,5
0,7
0,5
0,5
0,5
0,8
0,5
1
1,3
1
1,1
0,5
8,9
0,74
M3P1
1
0,8
0,7
1
0,4
0,7
0,5
0,5
0,9
0,7
1
0,9
9,1
0,76
M3P2
0,8
0,7
0,8
0,7
1
1,1
1
1
1,1
1
1,1
0,8
11,1
0,93
M3P3
0,5
0,5
0,4
0,4
0,5
0,8
0,6
1
1
1,2
0,8
1
8,7
0,73

Tabel 5 Jumlah Cabang Umur 30 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
10
9
8
10
18
16
13
11
9
10
8
9
131
10,92
M1P2
11
11
9
12
16
13
14
13
12
11
10
9
141
11,75
M1P3
13
6
10
12
12
13
11
10
11
9
9
8
124
10,33
M2P1
9
8
10
11
6
7
6
8
9
10
11
10
105
8,75
M2P2
4
5
4
5
8
6
7
7
15
16
14
15
106
8,83
M2P3
9
10
9
8
13
8
13
12
5
4
4
5
100
8,33
M3P1
7
9
6
7
9
7
11
10
9
8
7
10
100
8,33
M3P2
8
5
7
5
7
9
8
10
13
14
14
15
115
9,58
M3P3
7
8
7
9
13
8
13
12
6
10
8
9
110
9,17

Tabel 6 Tinggi Tanaman Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
53
33
59
62
65
57
55
51
86
77
55
63
716
59,67
M1P2
63
61
59
67
107
108
98
90
41
49
56
51
850
70,83
M1P3
68
70
69
72
79
90
89
85
87
85
90
87
971
80,92
M2P1
56
60
59
58
55
53
56
60
61
35
30
50
633
52,75
M2P2
60
46
40
50
108
117
109
94
51
56
49
41
821
68,42
M2P3
96
113
114
116
107
100
100
110
98
118
114
116
1302
108,50
M3P1
73
71
69
65
50
75
84
90
83
52
59
47
818
68,17
M3P2
67
55
62
42
57
59
50
60
67
67
87
58
731
60,92
M3P3
57
58
51
60
80
86,3
80
80
65
56
80
69
822,3
68,53

Tabel 7 Diameter Batang Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
0,9
0,8
1
1,2
0,7
0,6
0,6
0,5
1,2
0,7
0,9
1
10,1
0,84
M1P2
1
1,2
1,2
0,9
1,3
1,3
1,3
1,2
1
0,7
0,9
0,6
12,6
1,05
M1P3
0,7
1,3
2
1,3
1
1,1
0,9
0,8
0,7
1,2
1
0,7
12,7
1,06
M2P1
1,2
1,3
1,2
1,1
1,5
1,6
1,6
1,7
1
0,5
0,5
0,9
14,1
1,18
M2P2
1,2
1,1
1,2
1,3
1
0,8
1,6
0,6
0,7
0,6
0,7
0,6
11,4
0,95
M2P3
0,8
0,8
0,9
0,8
1,2
1,4
1
1,4
1,5
1,3
1,2
1,3
13,6
1,13
M3P1
1
0,9
0,8
0,8
0,5
0,9
0,8
0,8
1,2
1
1,5
1,2
11,4
0,95
M3P2
0,9
0,8
0,9
0,9
1,2
1,3
1
1,4
1,1
0,8
0,7
0,9
11,9
0,99
M3P3
0,8
0,8
0,7
0,7
0,8
1
0,9
1,1
0,9
0,9
0,8
1
10,4
0,87

Tabel 8 Jumlah Cabang Umur 45 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
14
13
14
12
18
16
13
11
15
14
16
17
173
14,42
M1P2
15
12
11
13
17
15
16
16
16
18
17
17
183
15,25
M1P3
14
15
16
14
14
16
15
17
15
15
14
16
181
15,08
M2P1
12
11
10
13
12
12
11
14
15
16
11
14
151
12,58
M2P2
18
16
18
18
14
12
13
13
18
17
16
17
190
15,83
M2P3
12
10
11
11
13
12
13
14
8
6
8
8
126
10,50
M3P1
14
16
15
13
17
15
14
16
10
12
8
7
157
13,08
M3P2
12
9
12
6
10
12
14
13
16
12
16
13
145
12,08
M3P3
18
15
18
16
15
16
14
17
12
15
14
13
183
15,25

Tabel 9 Jumlah Buah Per Tanaman (Buah)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
M1P1
31
29
27
25
20
19
14
18
26
30
28
27
294
24,50
M1P2
43
39
42
46
34
28
15
13
20
24
39
29
372
31,00
M1P3
31
30
22
23
26
28
30
31
25
26
23
24
319
26,58
M2P1
23
23
20
24
21
25
28
26
24
25
28
29
296
24,67
M2P2
25
20
22
20
23
7
3
6
21
23
30
35
235
19,58
M2P3
5
7
5
7
29
25
17
15
15
17
15
17
174
14,50
M3P1
25
18
21
29
27
28
30
35
21
14
17
13
278
23,17
M3P2
25
16
21
12
23
24
23
27
26
24
23
21
265
22,08
M3P3
23
21
33
30
8
14
23
18
20
18
19
15
242
20,17



Keterangan :
Pengaplikasian mulsa :                                         Pemberian pupuk :
M1 : Arang sekam                                                   P1 : 30 g NPK / tanaman
M2 : Sekam                                                             P2 : 40 g NPK / tanaman
M3 : Jerami                                                              P3 : 50 g NPK / tanaman

4.2  Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman tomat yaitu, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan jumlah buah pertanaman yang dilakukan untuk beberapa perlakuan,  pada umur tanaman 15 hari, 30 hari dan 45 hari setelah tanam (data pada tabel).
Pada saat 15 hari setelah tanam, tinggi dan diameter tanaman tidak begitu jauh berbeda, namun perlakuan mulsa jerami dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M3P2) menunjukkan bahwa rata-rata tanaman tomat dengan perlakuan ini menjadi yang paling tinggi di antara perlakuan lainnya. Dan juga diameter tanaman dengan perlakuan ini menjadi yang lebih besar di antara perlakuan lainnya. Jerami/eceng gondok berfungsi sebagai mulsa yang menekan pertumbuhan gulma sehingga tidak terjadi persaingan usur hara yang berlebihan pada tanaman, dan tanaman menjadi lebih maksimal dalam memperoleh unsur hara yang di berikan.
Saat tanaman tomat berumur 30 hari setelah tanam di lakukan pengamatan ke-2, pengamatan menunjukkan perbandingan antara semua jenis perlakuan pada tabel, yaitu perlakuan dengan menggunakan arang sekam sebagai mulsa dan pupuk NPK 40 gr/ tanaman (M1P2) lebih cepat tinggi dari pada perlakuan lainnya. Perbandingan yang begitu signifikan untuk tinggi tanaman pada pengamatan ke-2 (umur 30 hari setelah tanam) ini. Rata-rata tinggi tanaman dengan perlakuan ini lebih baik dari pada perlakuan lain. Untuk diameter tanaman dengan perlakuan mulsa jerami dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M3P2) masih menjadi perlakuan yang lebih baik dari yang lainnya namun dimater tanaman untuk semua perlakuan tidak terlalu berbeda jauh dengan perlakuan ini. Pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanaman ini juga dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah cabang pada semua jenis perlakuan pada tanaman tomat. Dan perlakuan dengan menggunakan mulsa arang sekam sebagai mulsa dan pupuk NPK 40 gr/ tanaman (M1P2) memiliki jumlah cabang yang banyak, namun tidak jauh berbeda dengan perlakuan lainnya.
Tanaman tomat pada umur 45 hari setalah tanam kembali dilakukan perngamatan yaitu pengamatan yang ke-3 yang terakhir kalinya, menunjukkan bahwa untuk tinggi tanaman dengan perlakuan mulsa sekam dan pupuk NPK 50 gr/tanaman (M2P3) pertumbuhannya lebih maksimal berbeda jauh dari pada perlakuan lain. Untuk diamter batang tanaman menunjukkan pada perlakuan dengan mengunakan mulsa sekam dan pupuk NPK 30 gr/tanaman  (M2P1) lebih besar sedikit dengan perlakuan lain. Untuk jumlah cabang dalam beberapa perlakuan yang lebih banyak jumlah cabangnya adaalah dengan mengaplikasikan perlakuan dengan mulsa sekam dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M2P2) dan hanya berbanding sedikit dengan perlakuan lain. Pada pengamatan yang ke-3 ini yaitu tanaman sudah mulai beerbuah dan dilakukan perhitungan buah pada saat ini. Diantara semua jenis perlakuan yang dilakukan, hasil produksi akhir yaitu buah yang palin banyak rata-rata pada perlakuan dengan menggunakan mulsa arang sekam dan pupuk NPK 40 gr/tanaman yang tak terlalu jauh dengan perlakuan lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil akhir yaitu buah pada bebrapa perlakuan untuk tanaman tomat, kurangnya perawatan, pembersihan gulma, pernyiraman serta pengendalian hama dan penyakit menyebabkan tingkat produksi tanaman tomat berbeda-beda setiap pengamatannya.
Namun dari semua jenis perlakuan yang dilakukan, penggunaan mulsa sekam dan arang sekam lebih baik dibandingkan dengan perlakuan menggunakan mulsa jerami. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan sekam yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan mampu menetralkan tingkat respirasi yang terjadi pada tanaman tomat. Terlalu tingginya respirasi pada tanaman menyebabkan ketersedian air pada tanaman menjadi berkurang dan pertumbuhan tanaman pun menjadi tidak maksimal hingga saat tanaman berproduksi.


     

 =----------------==========================================================-=--==-



V.                PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil yang peroleh menunjukkan bahwa budidaya tomat dengan menggunakan mulsa abu sekam dan sekam jauh lebih baik dengan menggunakan mulsa jerami
Perlu diletakkan tumpangan lebih awal pada sebelum tanaman tomat semakin produktif guna mencegah tanaman tumbang (rebah) yang mengakibatkan kehilangan hasil pada tanaman.

B.     Saran
·         Ada baiknya sebelum dimulainya pratikum persiapan lahan dan bahan pratikum harus maksimal sehingga hasil akhir tanaman dapat berproduksi dengan baik.
·         Jadwal pratikum yang kurang baik menyebabkan kurangnya partisipasi mahasiswa dalam menjalankan kegiatan pratikum











DAFTAR PUSTAKA
Redaksi  Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia Pustaka :     Jakarta.

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka, Jakarta.

























Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.