Budidaya Tanaman
Pasca panen Tanaman Kedelai
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kedelai
merupakan bahan tanaman kacang-kacangan yang penting sebagai sumber protein
nabati. Kedelai sebagai sumber bahan protein nabati dapat diolah menjadi
berbagai bentuk produk olahan seperti tempe, tahu, kecap dan tauco yang lebih
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Selain itu juga kedelai dapat diolah menjadi
minyak kedelai, tepung kedelai, susu kedelai dan sebagainya. Dengan
perkembagannya peternakan kedelai juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan
ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai dan ampas tahu.
Penangan
pasca panen pada tanaman sangatlah penting dilakukan dengan sebaik-baiknya agar
kualitas produk tetap terjaga. Pada proses pemasaran, nilai suatu produk di
tentukan oleh cara kita menangani produk tersebut setelah panen dengan berbagai
macam teknik dan cara yang tepat, tergantung dari jenis produk yang kita kelola.
Pasca panen sendiri bertujuan untuk meningkatkan nilai suatu produk dengan
nilai jual yang tinggi,l hal ini tidk dapat di pisahkan dengan kedaan produk
itu sendiri, mulai dari kondisi, jenis produk hingga pengemasannya.
Pasca
panen meliputi segala kegiatan mulai dari panen, pengankutan sampai dengan
menghasilkan produk setengah jadi yang siap dipasarkan. Dalam penanganan pasca
panen kedelai meliputi pemanenan, pengankutan, pengeringan, brangkasa (kedelai
yang belum dikupas dari kulitnya), prontokan, pengeringan biji, penyimpanan dan
pengemasan.
Penanganan pasca panen bertujuan
agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai untuk dapat
segera dikonsumsi atau unt uk bahan baku pengolahan. Prosedur perlakuan dari
penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara lain:
a.
Penanganan pasca panen
pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh,
tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan,
perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian,
fermentasi dll.
b.
Penanganan pasca panen
pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan
daya kecambah benih dan vigornya sam pai
waktu penanaman. Teknologi benih mel iputi pemilihan buah, pengambi lan
biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
c.
Penanganan pasca panen
pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains),
ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan, bertujuan
mempertaha nkan komoditas yang telah
dipanen dalam
d.
kondisi baik serta
layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa
pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing / drying), pengemasan, penyimpanan,
pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.Penanganan pasca panen hasil hortikultura
yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan
mempertahankan ko ndisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak
dikehenda ki selama penyimpanan, seperti
pertumbuhan tunas, pertumbuhan
akar, batang bengkok,
buah keriput, polong alot,
ubi berwarna hijau (greening), terlalu
matang, dll. Perlakuan dapat berupa :
pembersihan, pencucian, pengikatan,
curing, sortasi, grading,
pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Proses
pemanenan Kedelai
a. Penentuan
waktu saat panen
Penentuan
waktu saat panen merupakan tahap awal penanganan pasca panen yang bertujuan
untuk menetapkan saat panen kedelai yang tepat. Penentuan ini dilakukan
berdasarkan Deskripsi varietas kedelai, Kadar air yang diukur dengan alat ukur
kadar air (Moisture Tester) dan Kenampakan fisik kedelai.
b. Pemanenan
Merupakan
tahap awal dalam seluruh rangkaian pasca panen yang sangat penting karena
berpengaruh terhadap kualitas hasil panen dan kuantitas kedelai. Pemanenan
terlalu awal, akan memberikn hasil panen dengan persentase butir muda yang
tinggi sehingga mengakibatkan kualitas biji dan daya simpannya rendah,
sedangkan pemanenan yang terlalu tua atau terlambat akan mengakibatkan
penurunan kualitas dan peningkatkan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan
maupun serangan hama dan penyakit pada lahan. Secara visual, umur panen yang
tepat ditandai dengan daun berwarna kuning dan rontok, batang telah kering
serta polong berwarna coklat dan pecah.
Pemanenan
kadelai tidak boleh dilakukan pada kadar air tinggi yaitu 30-40% karena dapat
menyebabkan banyak butir hijau yang kemudian dapat berubah menjadi kuning,
tetapi warnanya kusam dan sebagian menjadi butir keriput dan waktu pengeringan
lama, sehingga susut mutu dapat meningkatkan terutama pada waktu musim hujan.
Pemanenan
kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah yaitu 17-20% karena mempunyai
beberapa keuntungan antara lain:
a.
Rantai kegiatan
penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat waktu tenaga dan biaya
yang dibutuhkan.
b.
Jumlah susut pasca
panen keseluruhan yang mungki terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar
air tinggi yaitu 60%.
Akan
tetapi ada beberapa yang perlu diwaspadai panen kedelai pada kadar air rendah
yaitu, pemanenan disarankan dilakukan pada lahan yang kering selama musim
panen. Untuk alat yang digunakan saat panen lebih baik menggunakan sabit
bergeringi yang memiliki gagang terbuat dari kayu dan mudah penggunaannya.
Pemanenan
kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(a).
dengan cara mencabut,
Dalam
hal ini kondisi atau tekstur tanahnya yaitu ringan dan berpasir. Mecabutnya
dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan
cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah
rontok. Pada dasarnya pemanenan dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena
bintil akar yang mengandung rhizobium ikut terbuang.
(b).
Dengan cara memotong,
Yaitu
dengan menggunakan alat yang tajam seperti sabit. Hal ini dilakukan agar proses
pemanenan berjalan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan
bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar
dengan bintil - bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.
Dalam menentukan
masa panen kedelai dilakukan berdasarkan :
a)
jenis atau varietas
kedelai,
b)
kenampakan fisik
Yang
secara kasat mata dapat dilihat dengan adanya : daun berwarna kuning dan
rontok, batang telah kering, polong kering, berwarna coklat dan pecah.
Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan di pagi hari agar keadaan polong tidak
pecah – pecah dan pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan,
agar hasilnya segera dapat dijemur. Pemanenan kedelai yang terlalu awal,
memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas
biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat
mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai
akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan
penyakit pada lahan. Oleh karena itu, penentuan masa panen merupakan salah satu
faktor yang penting.
2.
Penataan
pasca panen
Ada
lima tahapan penanganan Pasca Panen Kedelai
A. Pengeringan
Brangkasan :
Dapat
dilakukan dengan 2
a. Secara
alami
Pengeringan
Secara Alami Brangkasan kedele dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat
dilakukan di atas lantai jemur atau menggunakan alas plastik, sebaiknya dipilih
yang berwarna hitam/gelap untuk mempercepat pengeringan. Brangkasan kedele yang
baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim
hujan untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi.
b. Pengeringan
dengan para-para
Cara
ini dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim hujan. Para-para
dibuat bertingkat Brangkasan kedele ditebar merata di atas para-para tersebut. Dari
bawah dialirkan panas dari sekam, untuk menurunkan kadar air Brangkasan
dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18 %.
B. Pembijian
Dapat
dilakukan dengan pemukul (digebug) atau dengan mesin (Threster) Digebug/Dipukul
Brangkasan yang cukup kering di atas lantai jemur/alas lain Dipukul dengan
karet ban dalam sepeda atau kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah. Biji
yang terlepas dari polong ditampi Biji dijemur sampai kadar air mencapai kurang
lebih 14 % Disimpan dalam wadah/karung yang bebas hama/penyakit Menggunakan
alat mekanis (power thresher)
Power
thresther yang biasa digunakan untuk padi dapat dimanfaatkan untuk kedele. Pada
waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan
kedele yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah Kadar air
yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja
dengan baik. Pembersihan Untuk membersihkan biji kedele yang telah dirontokkan
dapat menggunakan alat mesin pembersih (Winower) Mesin ini merupakan kombinasi
antara ayakan dengan blowe.
C. Pengemasan
dan Penyimpanan
Biji
yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti
karung goni atau plastik. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam
jangka waktu cukup lama. Dengan cara kedelai disimpan di tempat kering dalam
karung goni atau plastik. Karung - karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi
alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai
disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 sampai 3 bulan sekali harus dijemur
sampai kadar airnya sekitar 9% sampai 11%. Tempat penyimpanan harus teduh,
kering dan bebas hama atau penyakit. Dan biji kedelai yang akan disimpan
sebaiknya mempunyai kadar air 9 sampai 14 %. Apabila diangkut pada jarak jauh,
hendaknya dipilih jenis wadah atau kemasan yang kuat. Apabila kedelai ingin
langsung dijual ke pasar maka, tidak perlu melewati tahap penyimpanan, cukup
melakukan pengemasan secara baik dan benar agar kedelai tersebut tidak rusak
dalam proses pengirimannya.
Tahap
pertama adalah pengeringan brangkasan. Setelah pemungutan selesai, seluruh
hasil panen langsung dijemur. Proses pengeringan ini dilakukan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara alami dengan meletakkan brangkasan kedelai di atas
tikar, anyaman bambu, atau alas plastik, agar terkena sinar matahari secara
langsung. Pengeringan dilakukan selama 3 sampai 7 hari bila cuaca bagus. Semua
buah kedelai yang masih menempel pada batang diusahakan terkena sinar matahari,
agar kedelai kering sempurna. Pada saat penjemuran hendaknya dilakukan
pembalikan berulang kali, hal ini menguntungkan karena dengan pembalikan banyak
polong pecah dan biji terlepas dari polongnya.
Sedangkan
biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur secara terpisah. Penjemuran
dilakukan sampai kadar air 10% sampai 15% dan biasanya dilakukan pada pagi hari
pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak
boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan. Hal ini untuk
mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Cara yang kedua adalah
dengan menggunakan para-para, cara ini sangat efektif bila dilaksanakan pada
musim penghujan. Para-para tesebut dibuat atau disusun bertingkat, kemudian
brangkasan kedelai ditebar merata di atas para-para dan dipanaskan untuk
mengurangi kadar air dengan cara membakar sekam di bawah para-para tersebut.
Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih
18 %.
a. Keuntungan
dari pengemasan yang baik:
1. Melindungi
komoditas dari kerusakan
Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
Melindungi
dari pengaruh lingkungan : temperatur,
kelembaban, angin Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi
Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan.
2. Memudahkan
penanganan :
Penggunaan
berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan Memberikan kesinambungan
dalam penanganan yang mengacu pada standarisasi wadah / container
3. Meningkatkan
pelayanan dalam pemasaran
Praktis
untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
Lebih menarik. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk
yang dikemas.
4. Mengurangi
/ menekan biaya transportasi / biaya tataniaga
b. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
1. Pengemasan
harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh atau
kerusakan lain.
2. Hanya
komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
3. Tempat
pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
4. Container
atau wadah dan bahan pengemas lain, juga
“pengisi” atau pel indung, harus bersih at au untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik transparan dan
lain-lain, harus yang baru.
5. Pengemasan
pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan sebaiknya
dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
6. Bahan
pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan
lama penyimpanan/pengangkutan.
7. Pada
beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan
penggunaan bahan kimia setelah panen.
c. Tujuan
/ guna penyimpanan :
1. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan
kualitas)
2. Menampung produk yang melimpah
3. Menyediakan
komoditas tertentu sepanjang tahun
4. Membantu
dalam pengaturan pemasaran
5. Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
6. Mempertahankan
kualiatas dari komoditas yang disimpan
d. Prinsip
dari perlakuan penyimpanan :
1. Mengendalikan
laju transpirasi
2. Mengendalikan repirasi
3. Mengendalikan
/ mencegah serangan penyakit
4. Memcegah
perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
e. Lama
penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan
1. Mengontrol
penyakit yang timbul setelah panen
2. Mengatur
kondisi atmosfer (C.A. storage)
3. Perlakuan
kimia (chemical treatment)
4. Perlakuan
penyinaran (irradiation)
5. Penyimpanan
dingin (refrigeration)
Penyimpanan
dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif (bisa
digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan
cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang mempunyai temperatur udara rat a-rata cukup
tinggi, penyimpanan hasil pertanian
dalam temperatur rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sifat
hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari
d aerah tropis umumnya tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin
umumnya tidak berada di bawah 12oC.
Ketahanan terhadap temperatur
rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
2. Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman
karena temperature rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas
terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan
lama penyimpanan.
3. “Don’t
break the cold-chains” Penyimpanan
dingin dari suatu hasil tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di
tangan konsumen.
Tahap
kedua adalah perontokan. Perontokan bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit
polongnya. Perontokan dapat dilakukan dengan cara : (a). memukul-mukul tumpukan
brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu / karet ban dalam sepeda/kain
untuk menghindarkan terjadinya biji pecah, (b). menggunakan alat mekanis (power
thresher) yang biasa digunakan untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan
dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang
dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang
tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan
baik. Setelah biji terpisah, brangkasan ditumpuk dan disingkirkan.
Tahap
ketiga adalah pembersihan biji kedelai. Biji yang terpisah kemudian ditampi
agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput
dipisahkan. Pembersihan juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih,
mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower. Kemudian biji yang
bersih selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnnya 9% sampai 11%.
3.
Keuntungan
melakukan penanganan pasca panen yang baik :
Melakukan
penanganan pasca panen yang baik mempunyai
beberapa keuntungan antara lain:
·
Jumlah pangan yang
dapat dikonsumsi lebih banyak
·
Lebih murah melakukan
penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati, pengemasan)
dibanding peningkatan produksi yang
membu tuhkan input tambahan (misal pestisida, pupuk, dll).
·
Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada
peningkatan produksi bila gagal bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panen, bila gagal
umumnya tidak menambah “kehilangan”.
·
Menghemat energi.
Energi yang digunak an untuk memproduksi hasil yang kemudian “hilang” dapat
dihemat.
·
Waktu yang diperlukan
lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk
peningkatan produksi baru terlihat 1 – 3
bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca panen dapat
terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan)
DAFTAR PUSTAKA
Bautista,
Ofelia K. 1990. Postharvest Technology for Southeast Asian Perishable Crops.
Technology and Livelifood Resource Centre. Los Banos. The Philippines.
Hong
Seok-In 2006. Packaging
Technology for Fresh Produce. One Day International Seminar “Post-Harvest
Losses of Cole Crops (Brassica vegetables) Causes and Solutions. FTIP, Unpad –
Bandung.
Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. The Regents of the University of California. USA.
Tidak ada komentar