Budidaya Tanaman
Penyakit Tanaman
Laporan Perkembangan Tricoderma
Laporan PHPH
PERKEMBANGAN TRICHODERMA
Oleh :
Ilhamdani Rahman
1105101050038
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen penting dalam Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk
mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan
patogen tanaman. Pada dasarnya, setiap serangga hama mempunyai musuh alami yang
dapat berperan dalam pengaturan populasinya. Musuh alami serangga hama adalah
komponen utama dari pengendalian almiah, yang merupakan bagian dari ekosistem
dan sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen sampai saat ini masih
merupakan masalah utama di bidang pertanian. Produksi pertanian secara kualitas
maupun kuantitas mengalami penurunan yang sangat tinggi, sehingga perlu
dilakukan penanggulangan dan pengendalian yang tepat dan cermat.Konsep yang
harus dikembangkan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah
selain memperhatikan efektivitas dan segi ekonomisnya juga harus
mempertimbang-kan masalah kelestarian lingkungan. Bertitik tolak dari konsep
tersebut, maka perhatian dunia kembali pad Dewasa ini banyak diketahui bahwa
Trichoderma spp.dapat dipakai untuk mengendalikan berbagai penyakit bawaan pada
tanah. Pengendalian secara biologis juga dapat dilakukan dengan patogen yamg
tidak virulen dari jenis yang sama sebagai pesaing (kompetitor) ( Schlegel,
1994).a pengendalian secara hayati, yakni suatu cara pengendalian hama penyakit
tanaman dengan memanfaatkan musuh-musuh alami yang bersifat antagonis.
B. Tujuan Pratikum
Adapun tujun pratikum ini adalah untuk mengetahui perkembangan dari trichoderma
serta cara pengembangan dari trichoderma.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Jamur Trichoderma
1.
Biologi Agen Antagonis
Sistematika Trichoderma harzianum menurut Semangun (2000) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Subclass : Hypocreomycetidae
Ordo : Hypocreales
Family : Hypcreaceae
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma harzianum
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Subclass : Hypocreomycetidae
Ordo : Hypocreales
Family : Hypcreaceae
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma harzianum
Sifat
antagonis jamur Trichoderma sp telah diteliti sejak
lama. Inokulasi Trichoderma harzianum ke dalam
tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di pesemaian, hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan jamur ini yang dapat
diisolasi dari biakan yang ditumbuhan di dalam petri. Spesies lain
dari jamur ini telah diketahui bersifat antagonistik atau parasitik terhadap
jamur patogen tular tanah yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman
pertanian Tahun 1972, Well dan kawan-kawan melaporkan bahwa dengan
pemberian inokulum Trichoderma harzianum dengan perbandingan
inokulum dengan tanah 1 : 10 v/v dapat mengendalikan penyakit busuk
batang dan busuk akar yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii. Pada
tahun 1975, Backman, Rodrigues-Kabana mengembangkan penelitian tentang
pemanfaatan inokulum jamur antagonis ini yang dicampurkan dengan tanah diatomae
yang dilumuri larutan tetes (molase) 10 % untuk membantu pertumbuhan Trichoderma
harzianum . Inokulum jamur ini ternyata dapat
mengendalikan penyakit yang disebabkan olehSclerotium rolfsii di
lapangan dengan butiran tanah diatomae sebanyak 140 kg/ha sebagai
inokulum, yang hasilnya sebanding dengan perlakuan yang menggunakan pestisida
kimia (Sinner cit Hinggis,1985).
Jamur Trichoderma harzianum dapat mengendalikan penyakit layu
semai pada kacang buncis dan kol pada kondisi rumah kaca, tetapi hasilnya belum
mantap untuk skala lapangan. Jamur Trichoderma hamatum dilaporkan
juga dapat menghambat serangan jamur Rhizoctonia solani dan Phytium
sp yang menyerang persemaian tanaman kapri dan
lobak. (http://lp.unand.ac.id, 2010).
2.
Manfaat dan Keunggulan
Mendapatkan strain unggul Trichoderma yang mampu mengkolonisasi akar dan bersifat
endofit pada tanaman pisang sehingga efektif dalam pengendalian penyakit layu
Fusarium. Kemampuan kolonisasi dan keberadaan endofit Trichoderma pada akar
bibit pisang belum relefan dengan peningkatan jumlah daun bibit pisang, tetapi
ada kecendrungan interaksi Trichoderma spp dengan ketiga jenis pisang dapat
meningkatkan jumlah daun bibit. Kelebihan Jamur Trichoderma harzianum Mudah ditemukan
di kebun/ pertanaman, Mudah diisolasi dan dikembangkan, Mempunyai kisaran
mikoparasitme yang luas, Dapat tumbuh cepat pada berbagai media , Trichoderma
harzianum pada umumnya tidak bersifat patogenik terhadap tanaman, Mempunyai
kompetisi yang baik terhadap ruang dan makanan, serta Dapat menghasilkan
antibiotika dan enzsim yang dapat menimbulkan kerusakan pada inang pisang.
(http://lp.unand.ac.id, 2010).
3.
Cara Aplikasi Trichoderma harzianum
Aplikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan mencampurkan Trichoderma
harzianum pada pupuk kandang , kompos, BOKASHI dsb. kemudian di sebarkan.
Dengan melarutkan Trichoderma harzianum ke dalam air, kemudian disiramkan pada
pertanaman, pada tanaman perkebunan, bukalah tanah di sekitar tanaman sehingga
leher akar kelihatan, taburkan jamur Trichoderma harzianum pada tanaman yang
terserang penyakit. Pemberian Trichoderma harzianum juga dapat dilakukan
bersama-sama dengan waktu pengolahan tanah untuk tindakan pencegahan terhadap
adanya serangan penyakit pada tanaman.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan jamur antagonis sebagi contoh jamur potensi
jamur Trichoderma yang merupakan jamur antagonis yang bersifat preventif bagi
tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Harman (1998) yang menyatakan bahwa
Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif
terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas
digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan .(
Suwahyono dan Wahyudi .2005).
Suwahyono dan Wahyudi (2005) .yang menyatakan bahwa Trichoderma merupakan jamur
saprofit yang hidup di dalam tanah, serasah dan kayu mati. Dalam kompetisi
trichoderma mempunyai kemampuan memperebutkan sumber makanan atau di sekitar
perakaran tanaman menghasilkan enzim glukanase dan kitinase.
BAB III
METODELOGI
1. Tempat dan waktu
Praikum dilakukan di Laboratorium
Universitas Syiah Kuala, waktu pratikum dilakukan pada tanggal 30 April 2014
pembuatan media dan penanaman dan
pengamatan perkembangan tricoderma pada
tanggal 3 Mei 2014.
2. Bahan dan Alat
a.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Potato Dextrose Agar (PDA), Aquades sebagai media yang digunakan dalam biakan murni, alkohol sebagai pensteril alat dan tangan, jamur antagonis Trikhoderma harzianum.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Potato Dextrose Agar (PDA), Aquades sebagai media yang digunakan dalam biakan murni, alkohol sebagai pensteril alat dan tangan, jamur antagonis Trikhoderma harzianum.
b.
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
petridisk sebagai tempat menaruh media PDA, cling wrap sebagai plastik penutup
pada petridisk supaya tidak terkontaminasi, pisau lab. untuk memotong media
dalam biakan murni, lampu bunsen sebagai alat untuk pensteril alat dan media
erlenmeyer sebagai tempat untuk membuat medika PDA, autoklaf sebagai alat untuk
mensterilisasi media, pinset sebagai alat untuk mengambil potongan PDA yang
telah membeku, dan alat yang akan digunakan, dan buku data sebagai tempat untuk
menulis data dan alat tulis sebagai alat untuk menulis.
3.
Langkah Kerja
Langkah kerja dalam pembiakan Tricoderma :
1.
campurkan Agar 2 gram dan PDA 5 gram serta
di tambahakan Aquades sebanyak 125 ml untuk membuat media pembiakan agar.
2.
Kemudian media yang telah di campur di
masukkan kedalam Autoklaf dengan menggunakan petridis agar media menjadi steril
dengan suhu 121 derajat celsius sebelum di masukkan ke dalam petridis di
tambahkan dulu antibiotik, dan kemudian tunggu selama dua jam atau hingga media
dingin agar mudah dalam pengangkatannya.
3.
Kemudian petri dish di isi dengan
tricoderma pada ruangan steril agar tidak terkontaminasi oleh Mikroorganisme
yang berada pada luar ruangan.
4.
Pengisian tricoderma diisi dengan cara di
tuangkan ke dalam petri dish.
5.
Selanjutnya pada bagian tepi petri dish di
bakar dan kemudian di balut dengan menggunakan cling wrap sebagai plastik
penutup serta melebel media dengan nama.
6.
Selanjutnya diamati setiap hari selama 3
hari pada 3 media.
7.
Pengukuran dilakukan pada setiap pengamatan
yaitu panjang perkembangan tricoderma pada media.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel hasil pengamatan perkembangan tricoderma
no
|
pengamatan
|
Ulangan
|
||
T1
|
T2
|
T3
|
||
1
|
Hari 1
|
1.3 cm
|
1,3 cm
|
1,3 cm
|
2
|
Hari 2
|
3 cm
|
2,7 cm
|
2,8 cm
|
3
|
Hari 3
|
4,5 cm
|
4,6 cm
|
4,3 cm
|
B.
Pembahasan
Dari hasil
pengamtan yang dilakukan seperti
yang terlihat pada tebel di atas,
pengamatan yang dilakukan dalam 3 hari pada tingkat perkembangan
trikoderma menunjukkan bahwasanya pada hari pertama pengamatan dilakukan, untuk
tingkat perkembangan trikoderma pada
ulangan T1, T2 dan T3 menunjukkan
perkembangan yang sama yaitu 1,3 cm. Pengamatan yang dilakukan pada hari kedua
menunjukkan tingkat perkembangan
tricoderma pada ulangan T1 lebih cepat di bandingkan dengan perkembangan pada ulangan T2 dan T3.
Yaitu perkembangan T1 adalah 3 cm disusul T3 2,8 cm dan T2 2,7 cm. Dan
pengamatan pada hari terakhir yaitu pada hari ketiga didapatkan bahwasanya
perkembngan tricoderma yang begitu cepat yaitu pada ulangan T1 yaitu 4,5
cm, T2 4,6 cm dan T3 4,3 cm. Pengamatan yang dilakukan secara berturut-turut selama 3
hari ini menunjukkan bahwasanya perkembangan tericoderma pada media Agar dan
PDA sangatlah cocok dan hal ini juga kemungkinan di pengaruhi oleh beberapa
faktor.
Adapun factor-faktor yang
menentukan tingkat keberhasilan pertumbuhan Tricoderma adalah :
v Kondisi lingkungan disekitar tempat pembiakan tricoderma(
laboratorium)
v Media yang digunakan harus dalam kondisi steril
v Dan keahlian dalam mengembang biakkan tricoderma tersebut
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan adalah :
Ø Perkembangan tricoderma pada ulangan T1, T2 dan T3 berpengaruh sangat
signifikan.
Ø Perkembangan tricoderma di pengaruhi oleh beberapa faktor
v Kondisi lingkungan disekitar tempat pembiakan tricoderma(
laboratorium)
v Media yang digunakan harus dalam kondisi steril
v Dan keahlian dalam mengembang biakkan tricoderma tersebut
2. Saran
Ø Saran saya agar pratikum kedepannya agar ditingkatkan lagi, mulai dari segi
kedesiplinan hingga waktu pratukmnya menurut saya agar ditambah lagi guna untuk
menigkatkan keahlian mahasiswa dibidang pengisolasian jamur trichoderma
tersebut
Ø Pada proses praktikum ini berlangsung sebaiknya praktikan dalam keadaan
steril agar terhindar dari kontaminasi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Harman (1998). 1996. Pengantar Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
http://lp.unand.ac.id,
2010 Pegendalian secara Biologi,diakses tgl 5 -6-2011.
Pelczar, M. J. 1988.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah
dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Sinner cit Hinggis,1985.
Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University. Yogyakarta..
Sinaga, M. S. 2003.
Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suwahyono dan Wahyudi (2005)
Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University.
Yogyakarta
Tidak ada komentar