Hama Tanaman
Penyakit Tanaman
DASAR EKOLOGI PENGENDALIAN HAYATI PATOGEN TUMBUHAN
Dalam hal ini secara umum
dibahas tentang pengertian dasar ekologi dan kaitannya dengan berbagai
aktivitas kegiatan pertanian yang dilakukan manusia pada suatu agroekosistem
dan pengaruhnya terhadap keseimbangan biologi.
Secara rinci juga diuraikan tentang area
buffered biology untuk menjaga keseimbangan alami suatu ekosistem. Atribut parasit yang sukses juga digambarkan,
kaitannya dengan aktivitasnya dalam menimbulkan penyakit pada tanaman inang
sekaligus sebagai informasi untuk dapat berperannya agens hayati sebagai
pengendali biologi. Diharapkan setelah
membaca bagian ini, para pembaca dapat mengerti sekaligus memahami dan dapat
menjelaskan tentang bagaimana suatu agens hayati dapat berperan dalam
mengendalikan aktivitas patogen sehingga insidensi penyakit dapat diminimalkan.
2.1
Pengertian Ekologi
Vickery (1984) dalam bukunya Ecology of Tropical Plants memberi batasan tentang Ekologi sebagai cabang biologi yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik secara menyeluruh antara makhluk
hidup dengan semua unsur-unsur lingkungan di sekitarnya. Istilah Ekologi
pertama sekali dikemukakan oleh Reiter pada tahun 1865 dengan menggabungkan dua
kata yang berasal dari bahasa Yunani, oikos
yang berarti rumah, dan logos yang berarti pengetahuan tentang. Berdasarkan bahasa Inggris, istilah Ecology berasal dari dua gabungan kata, eco- yang berarti lingkungan, alam, atau tempat tinggal alami, sedangkan -logy berarti ilmu. Pada
1866, istilah Ekologi dikembangkan oleh Haeckle menjadi sebuah definisi yang
formal dan paling banyak digunakan yaitu “Ekologi sebagai suatu keseluruhan
pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan total antara makhluk hidup
dengan lingkungannya baik yang bersifat organik maupun anorganik”.
Ekologi sering juga disebut dengan istilah
Biologi Lingkungan, karena ekologi
memfokuskan bahasan tentang bagaimana faktor-faktor luar mempengaruhi aktivitas
suatu organisme, dan bagaimana pula organisme itu mengantisipasi atau merespon
keadaan lingkungannya. Lingkungan
mengandung pengertian sebagai suatu kombinasi khusus dari keadaan luar (eksternal) yang mempengaruhi suatu organisme
(baik fisik, kimia, maupun biologi).
Lingkungan terdiri dari unsur-unsur abiotik dan biotik.
*) Elhakim, Bahan
dalam proses editing untuk Pembuatan BUKU AJAR, Pengendalian Hayati Patogen
Tumbuhan, Januari 2011
Unsur unsur anorganik (abiotik) adalah semua unsur
yang bersifat non biologis (tidak hidup) meliputi air, tanah, udara, cahaya,
temperatur, kelembapan, dan lain-lain. Sedangkan
Unsur-unsur biotik (makhluk hidup) atau organik adalah organisme yang
mempengaruhi organisme lainnya di antaranya adalah manusia, hewan (predator,
parasitoid, entomopatogen, Antagonis), dan tumbuhan.
Ekologi memang mempelajari interaksi
antara organisme dengan lingkungannya dalam suatu habitat tertentu. Namun
demikian, seringkali kita tidak dapat membedakan secara spesifik beda antara
lingkungan dan habitat. Lingkungan
mencakup semua faktor luar yang bersifat biologis, kimiawi maupun fisik yang
langsung mempengaruhi semua aktifitas kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan
reproduksi organisme. Sedangkan habitat
dalam arti luas adalah tempat terjadinya aktivitas atau ruang lingkup yang
menjadi tempat di mana organisme beraktifitas bersama semua faktor-faktor
lingkungannya. Dengan demikian, makna habitat
lebih kepada bentang alam (lansdscape)
yang mempunyai batas-batas wilayah tersendiri di dalam lapisan biosfir, yang
mencakup atmosfir, hidrosfir, dan litosfir.
Semua organisme yang berinteraksi
dengan seluruh unsur lingkungannya pada suatu lokasi tertentu disebut dengan ekosistem. Oleh karena itu, suatu ekosistem dapat berukuran sangat kecil dan
dapat pula berukuran sangat besar yang berperan sebagai areal (lokasi) yang
menjadi tempat sekelompok organisme tertentu mendapatkan makanannya dan
melaksanakan aktivitas kehidupannya.
Dalam lingkungan alam terdapat
unsur-unsur hayati dan unsur-unsur non-hayati. Antara unsur-unsur tersebut
terbentuk hubungan timbal balik yang disebut sistem ekologi atau sering
dinamakan ekosistem. Menurut UU RI No.
23 tahun 1997, ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling pengaruh mempengaruhi. Dengan konsep ekosistem itu, kita memandang unsur-unsur
dalam lingkungan hidup kita tidak secara tersendiri, melainkan secara
terintegrasi sebagai komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Pendekatan ini
disebut pendekatan ekosistem, atau pendekatan holistik, yang berlawanan dengan
pendekatan analitik yang parsial. Hubungan fungsional antara komponen yang
mengikat mereka dalam suatu kesatuan yang teratur merupakan perhatian utama
pendekatan ekosistem.
Menurut pengertian, suatu sistem
terdiri dari komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu
kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat
yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu
terjadi oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh informasi
antara komponen-komponen yang ada dalam ekosistem itu. Masing-masing komponen
itu mempunyai fungsi atau relung (nieche)
tersendiri. Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsi dan bekerja sama
dengan baik, maka keteraturan ekosistem itu pun terjaga. Keteraturan ekosistem menunjukkan bahwa
ekosistem tersebut berada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu
tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis, ia selalu berubah-ubah.
Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat
terjadi secara alamiah seperti bencana alam, maupun sebagai akibat perbuatan
manusia, seperti deforestasi atau karena kegiatan budidaya pertanian.
Berdasarkan tingkat kompleksitas
interaksi yang terjadi antara organisme dengan lingkungannya, maka berdasarkan
Gibson dan Gibson (2006), makhluk hidup
dapat diorganisasikan dari tingkat yang kecil hingga yang terbesar,
yaitu sebagai berikut:
(1) organisme (individu makhluk hidup),
(2) populasi (kelompok), dan
(3) komunitas (masyarakat).
Organisme adalah suatu individu makhluk hidup yang merupakan suatu unit terkecil dari ekosistem. Organisme merupakan unit
fungsional yang paling fundamental dalam ekologi, karena setiap individu selalu
mengadakan interaksi secara langsung dengan lingkungannya maupun antar individu
itu sendiri. Apabila tingkat interaksi pada tingkat individu berubah, maka akan
menyebabkan perubahan pula pada tingkat organisasi biologis yang lebih tinggi.
Perubahan perilaku suatu individu akan mempengaruhi perilaku individu-individu
dalam kelompoknya.
Populasi adalah Apabila kita
membicarakan populasi, maka yang kita maksud adalah anggota-anggota dari
spesies yang sama, yang satu sama lainnya saling berdekatan (berkerabat).
Misalnya adalah sekelompok tanaman kelapa yang ada di suatu hutan desa,
sekelompok parasit, ataupun sekelompok agens hayati.
Komunitas adalah kelompok populasi
yang berada bersama-sama dalam tempat tertentu dan waktu tertentu. Misalnya
populasi tanaman padi yang hidup di suatu persawahan. Kita dapat menggunakan
komunitas untuk menunjukkan semua makhluk yang hidup di dalam suatu ekosistem,
atau kita dapat pula membatasi perhatian hanya pada komunitas tumbuhan saja,
komunitas serangga saja, atau komunitas agens hayati saja, dan lain-lain.
Komunitas suatu organisme tertentu
hidup dalam suatu habitat tertentu. Habitat
dalam arti luas, berarti tempat dimana organisme berada, beserta dengan faktor-faktor
lingkungannya. Dengan demikian
perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi komunitas suatu mikroorganisme sangat
ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam habitatnya.
2.2 Keseimbangan
Biologi
Berbagai
kemajuan yang telah berhasil dicapai di bahagian atas permukaan tanah sayangnya
tidak diimbangi dengan kemajuan tentang berbagai aspek yang terdapat di dalam
tanah. Ekologi tanah sebagai media
tumbuh berbagai jenis tanaman sampai saat ini masih menyimpan banyak
misteri. Sepanjang sejarah pemanfaatan
jutaan bahkan triliunan hektar lahan untuk ditanami berbagai jenis tanaman
ditemui banyak contoh tentang pengaruh interaksi yang bisa mempengaruhi
keseimbangan biologi (khususnya yang terdapat di dalam tanah). Dari banyak lahan dari berbagai lokasi telah
dilaporkan berbagai fenomena yang terjadi antara lain; (a) mungkin saja
insidensi penyakit tidak terjadi atau kalaupun ada dianggap tidak merugikan
secara ekonomi pada suatu areal, sementara di areal yang lain yang relatif sama
menjadi serius, (b) suatu patogen secara intensif dintroduksikan ke suatu
areal, akan tetapi tidak bisa bertahan (menetap) apalagi berkembang, (c) suatu
patogen tetap berada di dalam tanah tanpa menimbulkan insidensi penyakit, atau
(d) insidensi penyakit terus mengalami penurunan dengan melakukan penanaman tanaman secara
monokultur dan terus menerus.
Berdasarkan uraian di atas, dipahami
bahwa timbulnya suatu penyakit pada tanaman merupakan petunjuk atau
mengindikasikan bahwa beberapa aspek keseimbangan hayati (keseimbangan biologi)
pada suatu ekosistem menjadi terganggu, dan semakin besar terjadinya ketidakseimbangan,
maka semakin parah (berat) kejadian suatu penyakit.
Kehadiran suatu organisme hidup pada
satu tempat dan waktu tertentu ditentukan oleh: (a) organisme tersebut memang
telah berkembang sebelumnya atau boleh jadi diintroduksikan dari tempat lain,
(b) kondisi lingkungan fisik sangat mendukung untuk kehidupannya, (c) hadirnya
organisme lain yang berasosiasi dengannya (simbion, inang) dan mendukung
perkembangannya, atau organisme lain (inang untuk parasitisme) tersedia untuk
mendukung daya bertahan suatu organisme, dan (d) absennya atau terhambatnya
suatu organisme (patogen, hama, antagonis) untuk merusak karena punahnya
organisme tersebut. Suatu organisme akan meningkat
populasinya sampai terciptanya kondisi lingkungan biotik maupun abiotik yang
tidak kondusif untuk dapat mengimbangi peningkatan laju perkembangannya.
2.3 Area Buffer Biologi
Dunia biologi merupakan suatu
jaringan yang sangat luas dari populasi makhluk hidup yang mendiami suatu
wilayah dalam keadaan kondisi yang sangat dinamis (dynamic equilibrium), yang merupakan refleksi dari perubahan
lingkungan fisik dan kaitannya antara satu faktor dengan faktor lainnya. Pada posisi keseimbangan ini, setiap individu
dalam satu spesies mengikuti siklus perubahan biologinya secara normal, dengan
kata lain tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh kondisi lainnya.
Secara alami, setiap makhluk hidup
termasuk patogen, dilingkungan asalnya populasinya berada dalam keadaan
seimbang dengan populasi musuh alami dan organisme pesaing lainnya. Faktor lingkungan biotik dan abiotik dalam
keadaan tertentu dapat merubah keseimbangan tersebut. Selama populasi patogen dan musuh alaminya
ada dalam batas keseimbangan, maka peranannya sebagai patogen akan tidak
berarti. Sebaliknya apabila keseimbangan
populasi terganggu, dan lingkungan tersebut lebih sesuai untuk perkembangan
patogen, maka patogen tersebut dapat menjadi jenis yang merugikan.
Oleh karena habitat
mengandung sumber daya yang terbatas untuk mendukung kehidupan spesies yang
terdapat di dalamnya, maka kompetisi tidak dapat dihindari. Keberhasilan suatu
spesies tergantung pada kemampuannya bersaing dalam hal ruang, cahaya, air dan
hara tanah. Sesungguhnya kemampuan memanfaatkan secara maksimal semua kondisi
pada suatu niche oleh berbagai organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem
yang saling ketergantungan (interlocking
ecosystem), dan kemampuan masing-masing organisme dalam mengintegrasikan
semua faktor (baik makhluk hidup dan bukan makhluk hidup) dalam suatu
lingkungan dapat berperan untuk menghambat suatu organisme pendatang (baru)
untuk dapat bertahan dan berkembang.
Sistem yang demikian itu disebut dengan istilah biologically buffered atau area
buffer biologi, dan menunjukkan terjadinya keseimbangan biologi (biological balance) atau garis
kedinamisan (equilibrium position)
diantara sesamanya yang berperan menciptakan suatu kondisi komunitas biotik
yang dinamis atau stabil diantara sesama mereka, dan diantara mereka dengan
kondisi lingkungan abiotik. Fluktuasi
kepadatan populasi dari tiap organisme dipertahankan dalam batas batas
tertentu.
2.4 Atribut
Parasit yang Sukses
Suatu parasit harus
mempunyai beberapa atribut yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk
keberhasilan suksesinya dalam menginfeksi tanaman. Beberapa karakter (atribut) yang dimiliki
oleh parasit seringkali memainkan peranan penting dalam kesuksesannya, namun
tidak semua karakter tersebut merupakan kebutuhan esensial dalam hal
kebutuhannya untuk setiap individu seandainya terdapat beberapa karakter
pengganti.
- Sejumlah Propagul harus diproduksi untuk
memelihara populasi suatu organisme; karena tingginya mortalitas, hal
tersebut berarti produksi harus dilakukan dalam jumlah berlebihan (jumlah
besar).
2. Kapasitas bertahan suatu propagul harus cukup
tingggi, artinya mereka harus bersifat sangat tahan terhadap antagonis dan
terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim.
3. Propagul harus mampu untuk berkecambahn dan tumbuh
dengan cepat. Mikroorganisme tanah juga
harus bersifat sebagai saprofit dan mampu untuk tumbuh dan bergerak diantara
tanah sampai ditemukan kembali perakaran tanaman, atau mereka harus kembali
pada kondisi dorman sampai terangsang kembali untuk berkecambah dengan
kehadiran akar-akar tanaman di sekitarnya,
4. Memproduksi antibiotik melalui perkecambahan
propagul yang mampu menghambat patogen patogen lain.
5. Dengan cepat mampu menginfeksi dan menginvasi
inang, yang artinya propagul tidak memerlukan sumber energi yang besar, karena
mampu mendapatkan suplai nutrisi yang dibutuhkan dengan cepat,
6. Kemampuan untuk menghindar terhadap antagonis
dengan berbagai cara berperan dalam meningkatkan sukses sebagai parasit. Misalnya beberapa mampu tumbuh pada
temperatur yang lebih rendah dari kebutuhan temperatur kebanyakan organisme
lain. Sementara yang lain mampu
mempenetrasi dan bertahan pada kondisi tanah yang lebih dalam pada kondisi
karbon dioksida yang tinggi (CO2) dan kondisi kekurangan Oksigen (O2). Beberapa organisme mampu hidup di dalam tanah
yang lebih kering dibandingkan dengan antagonis. Sementara beberapa organisme dapat terhindar
dari antagonis dengan kemampuannya terlebih dahulu mempenetrasi inang, atau
dengan cara membentuk struktur struktur resisten sebagai respon terhadap
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Sementara beberapa organisme lain mampu menyerang bagian tanaman di atas
permukaan tanah, sehingga terhindar dari antagonis yang berada di dalam tanah.
7. Kemampuan untuk bertahan dari antagonis dan tumbuh
di dalam tanah sebagaimana yang dimiliki Rhizoctonia solani, dapat meningkatkan
kesempatan untuk mengadakan kontak dengan inang.
8. Kemampuan untuk menginvasi dan mengkolonisasi
material organik dapat mempertinggi kesempatan untuk mengadakan infeksi ke
tanaman inang.
9. Kedelapan atribut atau karakter seperti tersebut
di atas adalah mertupakan kemampuan suatu mikroorganisme dalam hubungannya
dengan jaringan inang, dan dapat merupakan karakter suatu organisme untuk lebih
awal berkembang. Suatu parasit yang
menginvasi inang harus mampu membunuh inang, mengambil nutrisi melalui
kompetisi dan menyimpannya untuk kebutuhan sendiri, memproduksi antibiotik yang
dapat menghambat kompetitor dan lain lain,
10. Kemampuan untuk memparasitasi lebih dari satu
spesies tanaman berperan dalam kesempatannya untuk bertahan hidup.
2.5 Tipe Interaksi Biologi
Organisme memperlihatkan
berbagai tipe interaksi dalam kaitannya dengan proses untuk menciptakan keseimbangan
biologi. Suatu mikroorganisme mungkin saja tidak memberikan pengaruh kepada
yang lainnya, atau mungkin juga dia memberikan satu atau beberapa pengaruh
berikut: (a) dia mungkin menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, (b)
mengambat pertumbuhan dan perkembangan, (c) menstimulasi pembentukan striuktur
istirahat, (d) menghambat pembentukan struktur istirahat, (e) merangsang
terjadinya dormansi, atau (f) menyebabkan terjadinya lisis dengan organisme
yang berasosiasi.
Dalam pengendalian hayati
hama lebih banyak dilakukan oleh predator dan parasit yang lebih mobil dalam
mencari mangsa serta beroperasi berdasarkan satu predator atau satu parasit
terhadap satu atau banyak mangsa, sedangkan pada pengendalian hayati (biokontrol patogen), efek pengendalian terlaksana melalui
mekanisme antibiotik, persaingan dan hiperparasit. Dalam hal ini organisme antagonis bersifat
pasif, tidak mobil, sehingga kontaknya dengan patogen umumnya terjadi secara
kebetulan. Selain itu aktivitas agen
antagonis patogen dalam pengendalian lebih banyak dalam bentuk campuran
kelompok dan bukan individual. Oleh
karena itu, pengaruh pengendaliannya relatif lambat dibandingkan dengan
pengaruh bikokontrol hama, apalagi dibandingkan dengan pengendalian secara
kimiawi. Disamping itu, pengaruh
biokontrol tidak membasmi patogen secara keseluruhan, akan tetapi hanya
mengurangi kepadatan inokulum yang dapat menimbulkan infeksi.
Kejadian penyakit pada tanaman mengindikasikan
bahwa beberapa aspek keseimbangan biologi tidak berada dalam posisi seimbang,
dan semakin besar ketidakseimbangan maka semakin berat kejadian penyakit yang
dapat muncul. Penyakit tanaman biasanya berkembang ketika satu atau beberapa
kondisi ini terjadi: (a) patogen sangat virulen, dengan
kepadatan inokulum yang tinggi, atau tidak seimbang populasinya dengan agen
antagonis, (b) faktor lingkungan abiotik sangat kondusif
bagi perkembangan patogen, dan tidak kondusif untuk tanaman inang dan antagonis
atau untuk keduanya, (c) tanaman inang sangat rentan, ditanam
terus menerus, peertumbuhan ektensif, atau keduanya, dan (d) agen
antagonis tidak ada atau kalaupun ada populasinya rendah (karena
kekurangan nutrisi atau lingkungan tidak
sesuai agar agen antagonis dapat berfungsi), atau dihambat perkembangannya oleh
mikroorganisme lainnya, atau antibiotik yang diproduksi diabsorbsi ke dalam
tanah atau mungkin juga menjadi tidak aktif karena pengaruh mikroorganisme
lainnya.
Sebaliknya, tidak hadirnya penyakit berarti bahwa
patogen tidak ada, tanaman inang bersifat sangat tahan (resisten), kondisi
lingkungan fisik tidak kondusif pada waktu tertentu atau sepanjang waktu, atau
agen antagonis mampu menghambat laju perkembangan infeksi oleh patogen. Pengendalian hayati oleh karena itu berperan
sebagai restorasi penghambatan keseimbangan penyakit di alam.
2.6 Manusia
Perusak Keseimbangan
Di daerah tropis bercocok
tanam telah berlangsung beribu-ribu tahun yang lalu dan oleh sebab itu sukar
ditentukan pengaruh campur tangan manusia pada vegetasi alamiah. Akan tetapi
pada waktu itu pengaruhnya sangat kecil oleh karena penduduk yang masih sangat
sedikit dan kurangnya peralatan mesin-mesin canggih. Pada waktu tercapai keseimbangan
antara manusia dan alam maka gangguan terhadap alam hanya sedikit terjadi,
yaitu sampai dengan abad ke-18. Namun, selama 100 tahun terakhir aktivitas
manusia telah mengganggu dan merusak vegetasi tropis. Peningkatan jumlah penduduk
pada mengakibatkan pemanfaatan lahan yang lebih banyak untuk dibudidayakan atau
digunakan untuk tempat hewan merumput. Banyaknya kegiatan yang dilakukan telah
menimbulkan pengaruh perusakan vegetasi alamiah karena areal yang luas telah
dibersihkan agar dapat dijadikan perkebunan-perkebunan karet, sawit, tebu,
kapas, tembakau, teh, kopi dan sebagainya.
Tebang dan bakar atau
perladangan berpindah-pindah dilakukan di seluruh daerah tropis dan telah
menjadi metoda berusahatani selama ribuan tahun yang lalu. Suatu daerah yang
cocok untuk ditumbuhi tanaman pangan untuk seluruh anggota keluarga atau suatu
perkampungan dibersihkan dari semak belukar dan pohon-pohon kecil. Pohon besar
dan palma sering ditinggalkan untuk keperluan perlindungan, air nira, atau
keperluan-keperluan religius. Area yang telah ditebang kemudian dibakar, diolah
dan ditanami.
Abu yang dihasilkan dari
pembakaran sisa-sisa tanaman menyediakan cukup unsur hara selama 2-5 tahun
penanaman, setelah itu lahan menjadi tidak produktif dan kemudian ditinggalkan
dan dibiarkan tidak ditanami, kemudian dibuka lahan lain dan ditanami. Pada
masa lalu dimana desa-desa terpencar-pencar dan penduduknya sedikit,
lahan-lahan tersebut dibiarkan tidak ditanami selama 10 - 15 tahun. Selama
waktu ditinggalkan itu akan terbentuk hutan sekunder. Akan tetapi sekarang ini,
terdapat banyak daerah yang tidak cocok untuk mendukung peningkatan penduduk,
dan waktu bera (tidak ditanami) sangat berkurang. Keadaan ini mencegah
pembentukan hutan sekunder dan ditambah dengan meningkatnya frekuensi
pembakaran, spesies yang tidak tahan api tidak muncul lagi. Oleh karena
vegetasi tidak cukup waktu untuk membentuk cadangan hara maka abu sisa
pembakaran mengandung lebih sedikit konsentrasi mineral-mineral dan oleh sebab
itu terjadi penurunan kesuburan lahan. Bahkan lahan tersebut akan didominasi
oleh rumput-rumputan yang keras dan nilai nutrisinya rendah untuk kebutuhan
lemak. Sebagai contoh di Asia terdapat lahan yang sangat luas ditutupi oleh
rumput alang-alang (Imperata sp) sebagai akibat dari
penanaman yang berlebihan. Walaupun alang-alang tahan terhadap kekeringan,
mampu bertahan terhadap kondisi ekstrim dan kebakaran, namun alang-alang
memiliki nilai gizi yang rendah bagi ternak.
Seringnya menghilangkan
vegetasi alamiah juga merubah iklim mikro dan bahkan bermuara pada erosi tanah.
Walaupun peladangan berpindah dominan di daerah tropis, jenis peladangan
menetap juga banyak terdapat. Lahan padi sawah di Asia banyak terdapat di
daerah dataran rendah yang dapat diairi atau diberi irigasi. Pengairan dapat
memperbaharui kesuburan tanah oleh karena itu lahan jangan dibiarkan untuk
tidak ditanami dalam jangka waktu yang lama.
Pemeliharaan tanaman
dimulai sejak manusia berhenti menjadi pengumpul dan pemburu dan mulai
mengusahakan tanah peladangan. Serealia dan kacang-kacangan merupakan dua jenis
tanaman pertanian yang paling awal dikenal sehingga asal-usul tumbuhan liarnya
tidak diketahui lagi. Manusia telah melakukan penyebaran banyak spesies tanaman
di permukaan bumi ini. Manusia telah mengintroduksi tanaman jagung, padi, tebu,
tembakau, pisang, jeruk, nenas, kelapa dan karet ke seluruh daerah tropis.
Tanaman hias telah dibudidayakan manusia pada tempat-tempat yang jauh dari
daerah asalnya. Bougeinvillea dan bunga ros tanaman tropis dan semi
tropis yang ada dimana-mana dan bahkan bunga ros temperate dapat ditemui di
banyak kebun-kebun daerah tropis.
Manusia tidak
hanya dengan sengaja menghasilkan spesies dan varietas baru tanaman tetapi juga
telah membantu evolusi alamiah dengan mengubah lingkungannya. Pada lingkungan
yang stabil, evolusi sangat lambat berjalan karena sangat sedikit mengalami perubahan, akan tetapi dalam
lingkungan yang selalu berubah menyebabkan berbagai spesies melakukan adaptasi. Hal ini dapat mendorong terjadinya evolusi yang menghasilkan
berbagai spesies baru. Namun demikian, campur tangan manusia terhadap habitat
tanaman juga mengakibatkan hilangnya spesies yang tidak mampu beradaptasi.
Pada dasarnya terdapat dua tipe manusia
dalam aktivitasnya berkaitan dengan pemanfaatan suatu lahan yang digunakannya
sebagai suatu Ekosistem Pertanian (EP) atau Agroekosistem (AE). Tipe pertama adalah, manusia yang dalam mengelola
lahan pertanian tidak memperhatikan kelestarian alam, sering mengeksploitir
ekosistem, dan dalam mengelola lahan hanya bertujuan untuk mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya. Tipe kedua
adalah, manusia selalu memperhatikan keserasian alam, selalu bertindak secara
bijaksana, dan dalam mengelola lahan (bagian dari ekosistem) selalu
memperhatikan komponen lain selain komunitas yang diusahakannya.
Ekosistem adalah tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi, ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya baik yang
hidup maupun yang tidak hidup (tanah, air, udara, atau kimia-fisik) yang secara
bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.
Agroekosistem atau ekosistem pertanian
(EP) merupakan sistem kerumahtanggaan tanaman budidaya. EP merupakan suatu ekosistem yang diciptakan
dan dipelihara untuk memenuhi kebutuhan manusia (antropogenik), dan ia
merupakan unit dasar untuk studi PHT.
Perbedaan yang mendasar antara EP dengan ekosistem alami terletak pada:
(1) kekontinuan; EP tidak memiliki kekontinuan temporal, umumnya
bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
(2)
Pemilihan
vegetasi; pada EP, tanaman dipilih oleh manusia dan
penanamannya diawali di atas lahan yang terbebas dari vegetasi lainnya
(3)
Keragaman
spesies; EP umumnya
monokultur (keragaman spesies rendah)
(4)
Keragaman
Intraspesies; pada
EP, stadia tanaman dan varietas yang ditanam relatif seragam (keragaman
intraspesies rendah)
(5)
Masukan
dan keluaran; EP
dicirikan oleh masukan (pemupukan, irigasi, pestisida, masukan teknologi lainnya, dll) serta keluaran (pemanenan) yang tinggi
(6)
Hama/patogen; pada EP sering mengalami ledakan (epidemi) atau out break
hama/patogen, karena sering terjadi perubahan sehingga keseimbangan biologi terganggu (bila terjadi perubahan pola bercocok tanam)
misalnya pemupukan, pengairan, penggunaan varietas tertentu, dan lain-lain.
Karena
berbagai aktivitas yang dilakukan manusia berperan penting dalam mempengaruhi
epidemiologi penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam sistem usaha tani hari, petani
menggunakan kombinasi pemupukan, pestisida, dan sistem pengolahan tanah dalam
kegiatan budidaya tanaman; bahkan seringkali diikuti dengan pemanfaatan
varietas tanaman dengan spesifikasi tertentu, kesemuanya bertujuan untuk dapat
meningkatkan produksi.
Peningkatan mutu tanaman pertanian
melalui jalan pemuliaan dengan menghasilkan varitas yang berproduksi tinggi
telah dan akan terus menjadi salah satu cara yang lebih baik dan lebih murah
untuk meningkatkan produksi tanaman.
Betapapun, hal ini telah mencapai sukses besar secara luar biasa dalam
meningkatkan produksi bahan makanan, yang disebut “revolusi hijau”.
Peningkatan penggunaan pupuk dan
jumlah pupuk, khususnya nitrogen, untuk meningkatkan hasil yang lebih tinggi
umumnya dianggap dapat meningkatkan serangan patogen, seperti penyakit tepung,
karat, dan fire blight yang disebabkan oleh patogen-patogenyang menyukai
jaringan yang lunak (sukulen), dan menurunkan kejadian penyakit yang disebabkan
oleh patogen yang menyerang jaringan tua (senesen). Akan tetapi, sekarang ini diketahui bahwa
pada umumnya bentuk nitrogen (nitrat atau ammonium) yang tersedia bagi inang
atau patogen yang mempengaruhi tingkat serangan atau ketahanan terhadap patogen
tertentu, bukannya jumlah nitrogen. Pada
salah satu kasus, mungkin peningkatan pemupukan mempengaruhi kerentanan
tumbuhan terhadap patogen, dan hal tersebut harus diperhatikan dalam usaha meningkatkan
produktivitas melalui pemupukan.
2.7 Rangkuman
Ekologi dapat didefinisikan sebagai
suatu keseluruhan pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan secara total
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang bersifat organik maupun
anorganik. Ekologi sering juga disebut dengan istilah Biologi Lingkungan, karena ekologi memfokuskan bahasan tentang bagaimana
faktor-faktor luar mempengaruhi aktivitas kehidupan suatu organisme, dan
bagaimana pula organisme itu mengantisipasi atau merespon keadaan lingkungannya.
Lingkungan mengandung pengertian
sebagai suatu kombinasi khusus dari keadaan
luar (eksternal) yang mempengaruhi suatu
organisme (baik fisik, kimia,
maupun biologi).
Habitat dalam arti luas
adalah tempat terjadinya aktivitas atau ruang lingkup yang menjadi tempat di mana
organisme beraktifitas bersama semua faktor-faktor lingkungannya. Dengan
demikian, makna habitat lebih kepada
bentang alam (lansdscape) yang
mempunyai batas-batas wilayah tersendiri di dalam lapisan biosfir, yang
mencakup atmosfir, hidrosfir, dan litosfir.
Semua organisme yang berinteraksi
dengan seluruh unsur lingkungannya pada suatu lokasi tertentu disebut dengan ekosistem. Oleh karena itu, suatu ekosistem dapat berukuran sangat kecil dan
dapat pula berukuran sangat besar yang berperan sebagai areal (lokasi) yang
menjadi tempat sekelompok organisme tertentu mendapatkan makanannya dan
melaksanakan aktivitas kehidupannya.
Berdasarkan tingkat kompleksitas
interaksi yang terjadi antara organisme dengan lingkungannya, maka makhluk
hidup dapat diorganisasikan dari tingkat yang kecil hingga yang terbesar, yaitu
organisme
suatu individu makhluk hidup yang
merupakan suatu unit terkecil dari
ekosistem, populasi yaitu kelompok
yang merupakan gabungan dari individu-individu yang memiliki kesamaan genetik
dan berada bersama-sama dalam suatu tempat dan waktu yang sama, dan komunitas merupakan kelompok populasi
yang berada bersama-sama dalam tempat tertentu dan waktu tertentu.
Kehadiran suatu organisme hidup pada
satu tempat dan waktu tertentu ditentukan oleh: (a) organisme tersebut memang
telah berkembang sebelumnya atau boleh jadi diintroduksikan dari tempat lain,
(b) kondisi lingkungan fisik sangat mendukung untuk kehidupannya, (c) hadirnya
organisme lain yang berasosiasi dengannya (simbion, inang) dan mendukung perkembangannya,
atau organisme lain (inang untuk parasitisme) tersedia untuk mendukung daya
bertahan suatu organisme, dan (d) absennya atau terhambatnya suatu organisme
(patogen, hama, antagonis) untuk merusak karena punahnya organisme tersebut. Suatu organisme akan meningkat populasinya
sampai terciptanya kondisi lingkungan biotik maupun abiotik yang tidak kondusif
untuk dapat mengimbangi peningkatan laju perkembangannya.
Sesungguhnya kemampuan
memanfaatkan secara maksimal semua kondisi pada suatu niche oleh berbagai
organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang saling ketergantungan (interlocking ecosystem), dan kemampuan
masing-masing organisme dalam mengintegrasikan semua faktor (baik makhluk hidup
dan bukan makhluk hidup) dalam suatu lingkungan dapat berperan untuk menghambat
suatu organisme pendatang (baru) untuk dapat bertahan dan berkembang. Sistem yang demikian itu disebut dengan
istilah biologically buffered atau area buffer biologi, dan menunjukkan
terjadinya keseimbangan biologi (biological
balance) atau garis kedinamisan (equilibrium
position) diantara sesamanya yang berperan menciptakan suatu kondisi
komunitas biotik yang dinamis atau stabil diantara sesama mereka, dan diantara
mereka dengan kondisi lingkungan abiotik.
Fluktuasi kepadatan populasi dari tiap organisme dipertahankan dalam
batas batas tertentu.
Suatu parasit harus
mempunyai beberapa atribut yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk
keberhasilan suksesinya dalam menginfeksi tanaman. Beberapa karakter (atribut) yang dimiliki
oleh parasit seringkali memainkan peranan penting dalam kesuksesannya, namun
tidak semua karakter tersebut merupakan kebutuhan esensial dalam hal
kebutuhannya untuk setiap individu seandainya terdapat beberapa karakter
pengganti.
Suatu parasit harus mempunyai beberapa
atribut yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk keberhasilan suksesinya
dalam menginfeksi tanaman. Beberapa
karakter (atribut) yang dimiliki oleh parasit seringkali memainkan peranan
penting dalam kesuksesannya, namun tidak semua karakter tersebut merupakan
kebutuhan esensial dalam hal kebutuhannya untuk setiap individu seandainya
terdapat beberapa karakter pengganti.
Suatu parasit harus mempunyai beberapa
atribut yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk keberhasilan suksesinya
dalam menginfeksi tanaman. Beberapa
karakter (atribut) yang dimiliki oleh parasit seringkali memainkan peranan
penting dalam kesuksesannya, namun tidak semua karakter tersebut merupakan
kebutuhan esensial dalam hal kebutuhannya untuk setiap individu seandainya terdapat
beberapa karakter pengganti.
Organisme memperlihatkan
berbagai tipe interaksi dalam kaitannya dengan proses untuk menciptakan
keseimbangan biologi. Suatu mikroorganisme mungkin saja tidak memberikan
pengaruh kepada yang lainnya, atau mungkin juga dia memberikan satu atau
beberapa pengaruh berikut: (a) dia mungkin menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan, (b) mengambat pertumbuhan dan perkembangan, (c) menstimulasi
pembentukan striuktur istirahat, (d) menghambat pembentukan struktur istirahat,
(e) merangsang terjadinya dormansi, atau (f) menyebabkan terjadinya lisis
dengan organisme yang berasosiasi.
Kejadian penyakit pada tanaman mengindikasikan
bahwa beberapa aspek keseimbangan biologi tidak berada dalam posisi seimbang,
dan semakin besar ketidakseimbangan maka semakin berat kejadian penyakit yang
dapat muncul. Penyakit tanaman biasanya berkembang ketika satu atau beberapa
kondisi ini terjadi: (a) patogen sangat virulen, dengan
kepadatan inokulum yang tinggi, atau tidak seimbang populasinya dengan agen
antagonis, (b) faktor lingkungan abiotik sangat kondusif
bagi perkembangan patogen, dan tidak kondusif untuk tanaman inang dan antagonis
atau untuk keduanya, (c) tanaman inang sangat rentan, ditanam
terus menerus, peertumbuhan ektensif, atau keduanya, dan (d) agen
antagonis tidak ada atau kalaupun ada populasinya rendah (karena
kekurangan nutrisi atau lingkungan tidak
sesuai agar agen antagonis dapat berfungsi), atau dihambat perkembangannya oleh
mikroorganisme lainnya, atau antibiotik yang diproduksi diabsorbsi ke dalam
tanah atau mungkin juga menjadi tidak aktif karena pengaruh mikroorganisme
lainnya.
Sebaliknya, tidak hadirnya penyakit berarti bahwa
patogen tidak ada, tanaman inang bersifat sangat tahan (resisten), kondisi
lingkungan fisik tidak kondusif pada waktu tertentu atau sepanjang waktu, atau
agen antagonis mampu menghambat laju perkembangan infeksi oleh patogen. Pengendalian hayati oleh karena itu berperan
sebagai restorasi penghambatan keseimbangan penyakit di alam.
Kejadian penyakit pada tanaman mengindikasikan
bahwa beberapa aspek keseimbangan biologi tidak berada dalam posisi seimbang,
dan semakin besar ketidakseimbangan maka semakin berat kejadian penyakit yang
dapat muncul. Penyakit tanaman biasanya berkembang ketika satu atau beberapa
kondisi ini terjadi: (a) patogen sangat virulen, dengan
kepadatan inokulum yang tinggi, atau tidak seimbang populasinya dengan agen
antagonis, (b) faktor lingkungan abiotik sangat kondusif
bagi perkembangan patogen, dan tidak kondusif untuk tanaman inang dan antagonis
atau untuk keduanya, (c) tanaman inang sangat rentan, ditanam
terus menerus, peertumbuhan ektensif, atau keduanya, dan (d) agen
antagonis tidak ada atau kalaupun ada populasinya rendah (karena
kekurangan nutrisi atau lingkungan tidak
sesuai agar agen antagonis dapat berfungsi), atau dihambat perkembangannya oleh
mikroorganisme lainnya, atau antibiotik yang diproduksi diabsorbsi ke dalam
tanah atau mungkin juga menjadi tidak aktif karena pengaruh mikroorganisme
lainnya.
Sebaliknya, tidak hadirnya penyakit berarti bahwa
patogen tidak ada, tanaman inang bersifat sangat tahan (resisten), kondisi
lingkungan fisik tidak kondusif pada waktu tertentu atau sepanjang waktu, atau
agen antagonis mampu menghambat laju perkembangan infeksi oleh patogen. Pengendalian hayati oleh karena itu berperan
sebagai restorasi penghambatan keseimbangan penyakit di alam.
Karena berbagai aktivitas yang
dilakukan manusia berperan penting dalam mempengaruhi epidemiologi penyakit,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam sistem usaha tani hari, petani menggunakan kombinasi pemupukan,
pestisida, dan sistem pengolahan tanah dalam kegiatan budidaya tanaman; bahkan
seringkali diikuti dengan pemanfaatan varietas tanaman dengan spesifikasi
tertentu, kesemuanya bertujuan untuk dapat meningkatkan produksi. Agroekosistem atau ekosistem pertanian (EP) yang
merupakan sistem kerumahtanggaan tanaman budidaya merupakan suatu ekosistem
yang diciptakan dan dipelihara untuk memenuhi kebutuhan manusia (antropogenik).
Karena merupakan ekosistem yang diciptakan manusia maka beberapa hal berikut
merupakan ciri yang terdapat pada EP, antara lain: kekontinuan (tidak
memiliki kekontinuan temporal, umumnya bervariasi dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun); Pemilihan vegetasi (tanaman dipilih oleh manusia dan
penanamannya diawali di atas lahan yang terbebas dari vegetasi lainnya); Keragaman
spesies (umumnya monokultur sehingga keragaman spesies rendah); Keragaman
Intraspesies (stadia tanaman dan varietas yang ditanam relatif seragam atau
keragaman intraspesies rendah); Masukan dan keluaran (dicirikan oleh
masukan berupa pemupukan, irigasi, pestisida, dan masukan teknologi lainnya, serta
keluaran berupa pemanenan yang tinggi); Hama/patogen (sering mengalami
ledakan atau epidemi atau out break
hama/patogen, karena sering terjadi perubahan sehingga keseimbangan biologi
terganggu atau bila terjadi perubahan pola bercocok tanam misalnya pemupukan,
pengairan, penggunaan varietas tertentu, dan lain-lain.
Tidak ada komentar